>head>
News  

Muhammad Putera Pratama Dikhitan Bertepatan Hari Lahir Almarhum Sultan Ferry Zulkarnain

Bima, Sekilasinfontb.com.- 1 Oktober 2022 hari puncak prosesi khitanan Muhammad Putera Pratama putra bungsu Sultan Ferry Zulkarnain, ST (Alm) dan Hj. Indah Dhamayanti Putri, SE (Bupati Bima).

Selain itu, kegiatan khitanan juga diikuti Muhammad Athala Zulkarnain, Putra Tajul Sirajuddin, SE, dan Muhammad Naufal Haydar, putra Ardhi Ekapaty, SE, MM.

Prosesi budaya ini akan dilaksanakan mulai tanggal 28 September hingga 1 Oktober 2022 di Pendopo Bupati Bima dan Museum Asi Mbojo.

Prosesi suna ra ndoso (khitanan) Kebudayaan adalah cerminan jati diri, sehingga perlu secara terus menerus untuk tetap dilindungi, dikembangkan dan dilestarikan hingga akhirnya memiliki nilai manfaat yang berkesinambungan
bagi seluruh masyarakat Bima.

Upacara daur hidup menjadi bagian dari kebudayaan yang mencerminkan tiga fase penting dalam kehidupan, yaitu kelahiran, perkawinan, dan kematian.

p

Hj. Ferra Amalia, SE, MM sebagai Ketua Majelis Adat Syara’ Dana Mbojo akan mengemas prosesi Suna Ra Ndoso sebagai ajang pelestarian budaya yang akan menampilkan berbagi atraksi budaya seperti lomba mpa’a gantao, upacara kapanca, atraksi gambusgambus, eksebisi marawis dan compo sampari.

Lomba mpa’a gantao adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak zaman Kesultanan Bima.

Atraksi kesenian ini diperkirakan ada sejak massa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1648-1685).

Mpa’a Gantao dimainkan oleh dua orang penari, Alat musik pengiringnya adalah dau buah Gendang, Tawa-Tawa, Gong serta alunan Sarone.

Prosesi upacara peta Kapanca dilakukan
oleh para tetua laki-laki dan perempuan. Tujuan kapanca adalah merupakan
peringatan bagi anak, bahwa setelah
dikhitan, ia dianggap dewasa.

la akan bekerja membantu orang tua. Tangan dan kaki yang selama ini tidak biasa bekerja, akan mulai bekerja.
Sehingga tangan yang bersih dan halus, akan bercucuran keringat dan darah.

Compo Sampari atau pemasangan
Keris khas Mbojo, dilakukan oleh
seorang tetua adat. Tujuan Compo Sampari adalah sebagai peringatan bagi si anak, bahwa ia harus berani mengorbankan jiwa raga demi agama, bangsa dan negara.

Sampari yang dipasangkan, merupakan senjata dalam mempertahankan kebesaran agama, bangsa dan negara. (Man).

>head>
0 0 votes
Beri Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Komentar
Inline Feedbacks
Lihat semua komentar
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
.