Bima, sekilasinfontb.com.- Event Pacuan Kuda Tradisional Stevano Cup yang baru saja berakhir digelar di Arena RE Waingapu Sumba Timur ( 1 November 2023 ), menunjukan bukti kedigdayaan kuda kontingen NTB.
Dari 15 kelas yang diperlombakan, 8 kelas mampu dijuarai oleh kuda kuda yang berasal dari tanah Bima. Diantara kuda kuda tersebut ada Lady Brimo, Queen Sahara, Putri Bintang, Kapten Borneo, Monca Ntika, Mulan, Android, dan Maemun Perkasa.
Fakta ini menunjukan bagaimana hebatnya kuda dari tanah Bima dan atau bagaimana piawainya para peternak, pelatih dan Joki dari Bima baik dalam merawat, melatih serta memacu kuda di lintasan sehingga mampu menjadi yang terbaik.
“Prestasi ini patut kita apreseasi sebagai sesuatu yang sangat spektakuler. Paling tidak ini salah satu bagian dari sejarah Bima sebagai negeri kuda yang dimanifestasikan dalam slogan ” ingat kuda ingat bima, ingat bima ingat kuda ” serta simbol patung kuda yang berdiri kokoh taman panda Kabupaten Bima dan Lapangan Sera Suba Kota Bima,” ujar Darusalam.
Sayangnya prestasi gemilang yang diraih oleh kuda kuda Bima ini, tidak berbanding lurus dengan nasib event pacuan kuda yang ada ditanah Bima.
“Kuda kuda hebat Bima tidak berdaya di Negerinya sendiri. Pacuan Kuda sebagai event untuk mengasah kemampuan kuda kuda Bima sekaligus benteng dari tradisi berkuda di tanah Bima, belakang mengalami ” mati suri “. sorot nya.
Begitu sulit untuk mendapatkan ruang untuk menjaga tradisi yang sudah melewati satu abad ini. Begitu tidak berartinya organisasi PORDASI dan pecinta kuda untuk merawat tradisi berkuda.
Berbeda dengan daerah lain yang justru jauh dari slogan kuda atau memiliki simbol kuda sebagai entitas daerah yang mampu menempatkan event pacuan kuda sebagai event potensial yang selalu mendapatkan tempat dan ruang yang sangat besar.
“Sudah waktunya Bima belajar dari daerah tetangga. Sudah saatnya Bima menjadi ruan rumah dan pusat dari kegiatan berkuda,” harap dia.
Agar slogan ” ingat kuda ingat bima, ingat bima ingat kuda ” dan simbol patung kuda serta sejarah keemasan Bima yang dikenal dengan Kudanya tidak kehilangan makna dan identitas besarnya. (red).