“Berikut kupasan Indah Fazrianti Firdaus, Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi, Universitas Teknologi Sumbawa”
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai letak strategis, memiliki kekayaan sumber daya yang melimpah, juga terdiri atas beberapa suku, dan memiliki keanekaragaman budaya. Oleh karena itu pantaslah banyak para turis asing yang berdatangan ke Indonesia untuk melihat secara langsung tradisi dan budaya Indonesia yang selama ini sudah banyak dibicarakan dan disebar luaskan baik melalui media cetak atau pun elektronik.
Akan tetapi yang berasal dari dalam tidak akan mengakibatkan perubahan yang cukup berarti, sebab lahirnya suatu kebudayaan itu sesuai dan seimbang dengan kebutuhan kondisi masyarakatnya.
Dengan demikian yang menimbulkan gerak nyata yaitu perubahan dan perkembangan kebudayaan yang berasal dari luar. Pengaruh dari luar akan terjadi apabila pertemuan antara dua atau lebih suatu masyarakat atau bangsa dengan kebudayaan masing-masing. Semakin sering suatu kebudayaan bertemu dengan kebudayaan lain maka semakin menunjukkan kebudayaan suatu bangsa tersebut.
Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia memiliki hasil kerajinan yang berbeda-beda termasuk didalamnya kerajinan tenun, produk budaya yang telah ada dari generasi ke generasi, industri kerajinan telah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad yang lalu. Kerajinan pula merupakan warisan budaya nasional yang mempunyai peranan penting bagi pembangun bangsa Oleh karena itu untuk warisan tersebut perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk pengembangan dan pelestariannya.
Bagi masyarakat Indonesia khususnya Nusa Tenggara Barat pembuatan kerajinan tenun sudah menjadi suatu hal yang dilakukan sejak zaman dahulu, karena berkaitan dengan kebutuhan lahiriyah maupun kebutuhan spiritual. Pada umumnya hampir semua daerah di Nusa Tenggara Barat adalah penghasil kerajinan tenun.
Beberapa daerah di Indonesia memiliki kain khasnya sendiri, termasuk di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, yang memiliki kain tenun tradisional yang sudah turun temurun. Kain tersebut dinamai dengan kain Mbojo atau kain orang Bima. Kain tenun ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Bima dulu dan sering digunakan oleh kaum perempuan di sana.
Meskipun masih berada di daerah yang sama kain tenun yang dihasilkan oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat memiliki jenis yang berbeda, salah satunya adalah kerajinan tenun yang berada di Kelurahan Ntobo Kecamatan Raba kota Bima.
Kain tenun tradisional Nusa Tenggara Barat secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi seperti sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh,dan busana yang dipakai dalam tari-tarianpada upacara adat, sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian, sebagai alat penghargan kapada tamu yang datang.
Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Barat tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat karna proses pembuatanya berdasarkan imajinasi sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal.
Selain sebagai komoditi, kain Mbojo juga menjadi bagian dari runtutan sejarah kerajaan Islam yang ada di Bima. Pada era kesultanan sebelum tahun 1960, kain Mbojo merupakan kain yang dipakai sehari-hari oleh warga Bima. Meski kini sudah banyak yang beralih ke hijab biasa, rimpu dari kain Mbojo sempat menjadi pakaian wajib bagi perempuan di Bima.
Salah satu pengrajin tenun di NTB adalah sentra tenun yang berada di Ntobo Kecamatan Raba, Kota Bima. Produk tenun Ntobo ini sudah dikirimkan hingga ke berbagai daerah di dalam maupun luar NTB. Bahkan, tenun Ntobo ini sudah banyak di produksi menjadi sebuah tren fashion masa kini. Produk tenun Ntobo sudah masuk dalam pasar regional maupun nasional. Hal ini terbukti dari kegiatan Kenari Fashion Show yang digelar beberapa waktu lalu di Mataram. Dalam event tersebut, UKM Dina berhasil mencuri perhatian masyarakat. ”Ratusan tenun laku terjual, dan sebagian besarnya adalah tembe nggoli.
Selain itu beberapa waktu lalu kegiatan fashion show yang bertemakan “Tenun Bima” Peserta yang mengikuti Ntobo fashion Week tersebut diikuti sebanyak 70 orang peserta yang terdiri dari 5 tingkatan, antara lain tingkat TK, SD, SMP, SMA hingga tingkat Umum.
Acara yang menampilkan beragam corak tenun khas Bima yang diperagakan oleh para peserta tersebut dirangkaikan juga dengan pemberian piagam penghargaan dari STIE Bima kepada Camat Raba dan Lurah Ntobo sebagai kelurahan yang menghasilkan kreativitas tenun.
Ntobo adalah kelurahan yang dikenal dengan kelurahan tenun, hampir 95 persen masyarakat Ntobo memproduksi tenun , perlembar kain tenun ini dijual dengan harga 300ribu, jika dijual keluar dari Ntobo bisa mencapai harga jutaan rupiah. Dengan adanya usaha tenun di Kelurahan Ntobo menjadi Salah satunya dari segi ekonomi , untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Implementasi dari pengembagan usaha tenun yang dilakukan adalah mampu meningkatkan pendpatan para pengerajin tenun di Kelurahan ntobo. Yaitu berdampak pada sisi ekonomi pengerajin tenun, yaitu mampu menaikkan taraf hidup mereka menjamin pendidikan anak-anak mereka, dan meningkatkan taraf kesehatan mereka.
Kegiatan tenun ini sangat didukung juga oleh pemerintah kota Bima. Terkait permintaan bantuan permodalan, sudah ada kerja sama Pemkot Bima dengan perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Para perajin tenun di sentra Ntobo tinggal mengajukan proposal ke bank tersebut untuk mendapat bantuan pinjaman modal.
Hal ini merupakan peluang bagi masyakarat kelurahan Ntobo untuk terus berkarya dalam menciptakan Inovasi terbaru dalam produk tenun.
Selanjutnya pengembangan usaha yang harus dilakukan oleh pengrajin tenun di kelurahan Ntobo yaitu terus melalukan inovasi produk, mengikuti fashion atau trend yang terus berkembang, meningkatkan promosi baik ikut serta melalui kegiatan fashion show maupun melalui media social. (*)